Rabu, 26 Maret 2014

Essay karya sastra - Puisi Kehidupan karya Chairil Anwar

Haaii para browser.... :)
Kali ini mau bagi sedikit ilmu buat temen-temen yang lagi kebingungan dapet tugas bikin Essay, Nih aku punya referensi buat essay puisi dari Chairil Anwar yang berjudul "Puisi Kehidupan".
So check this out :) i hope it can help all of you :) :*

Tugas Essay
oleh:
Siti Fitriana
XII IPS-1 / 13
SMAN 1 Wonoayu, Sidoarjo

PUISI KEHIDUPAN
Karya: Chairil Anwar

Hari-hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
                                                            Daun gugur satu-satu
                                                            Semua terjadi karena ijin Allah
                                                            Umurku bertambah satu-satu
                                                            Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi...coba aku tengok ke belakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
                                                        Kuraba dahiku
                                                        Astaghfirullah,
                                                        sujudku masih jauh dari khusuk
                                                        Kutimbang keinginanku
                                                        Hmm.. masih lebih besar duniawi ku
Ya Allah...
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih meraskan rasa ini pada  tanggal dan bulan yangh sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
                                  Ya Allah....
                                  Tetes air mata ku adalah tanda kelemahanku
                                  Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
                                  Astaghfirullah...

Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
Ijinkan hambamu ini, mulai hari ini lebih khusuk dalam ibadah..
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang

                            Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu
                            Hamba sangat ingin melihat wajahMu disana
                            Hamba sangat ingin melihat senyumMu disana
                            Ya Allah ijinkanlah......


PEMBAHASAN
            Puisi karya Chairil Anwar tersebut menceritakan tentang seseorang yang merenung tentang semua amalan dan dosa yang telah ia perbuat selama ini ditengah usianya yang semakin bertambah. Dia sadar betul bahwa segala yang telah terjadi di kehidupan ini tak lain karena kuasa dan kehendak Allah. Ini terlihat di bait pertama dan kedua yang berbunyi
            Hari-hari lewat, pelan tapi pasti
            Hari ini aku menuju satu puncak tangga baru
            Karena aku akan membuka lembaran baru
            Untuk sisa jatah umurku yang baru
                                                            Daun gugur satu-satu
                                                            Semua terjadi karena ijin Allah
                                                            Umurku bertambah satu-satu
                                                            Semua terjadi karena ijin Allah

            Ia merasa dirinya masih belum sempurna dalam ibadah kepada Sang Pencipta. Masih banyak hutang amalan yang belum bisa ia perbaiki dan lebih banyak mementingkan kehidupan duniawi. Hal ini terlihat jelas dalam bait ketiga dan ke-empat yang berbunyi
            Tapi...coba aku tengok ke belakang
            Ternyata aku masih banyak berhutang
            Ya, berhutang pada diriku
            Karena ibadahku masih pas-pasan
                                                            Kuraba dahiku
                                                            Astaghfirullah, sujudku masih jauh dari khusuk
                                                            Kutimbang keinginanku
                                                            Hmm.. masih lebih besar duniawi ku
            Terbesit dalam benaknya, masihkah ia dapat merasakan nikmatnya nyawa dan kehidupan yang diberikan Allah. Masihkah ada sisa umurnya di masa depan, masihkah ia diberi kesempatan untuk bertaubat sebelum terlambat dan nyawanya diambil Sang Empu-nya hidup. Muncul penyesalan yang mendalam dalam dirinya. Hal ini bisa dilihat pada bait ke lima dan ke enam yang berbunyi
            Ya Allah...
            Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
            Akankah aku masih meraskan rasa ini pada  tanggal dan bulan yangh sama di tahun depan?
            Masihkah aku diberi kesempatan?
                                                            Ya Allah..
                                                            Tetes air mata ku adalah tanda kelemahanku
                                                            Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
                                                            Astaghfirullah...
            Ia menyesal dan ia memohon pada Allah agar diberikan umur yang lebih agar ia bisa bertaubat dan memperbaiki amalannya di sisa umurnya. Ia ingin kelak di akhirat mendapatkan kehidupan yang bahagia dan dapat bertemu dengan Allah dalam keadaan yang baik dan khusnul khotimah.hal ini bisa kita lihat di bait ke tujuh dan delapan yang berbunyi
            Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
            Ijinkan hambamu ini, mulai hari ini lebih khusuk dalam ibadah..
            Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang
                                                            Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifah-Mu
                                                            Hamba sangat ingin melihat wajah-Mu disana
                                                            Hamba sangat ingin melihat senyum-Mu disana
                                                            Ya Allah ijinkanlah......

RENUNGAN, PENYESALAN, DAN KEINGINAN UNTUK BERTAUBAT
            Jika kita teliti lebih jauh, puisi ini kaya akan nilai dan pesan moral. Puisi ini mengajarkan tentang renungan, penyesalan, dan keinginan seseorang untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Kehidupan adalah suatu karunia yang diberikan Tuhan kepada makhluk-Nya, untuk menguji tingkat keimanan manusia kepada Allah dan akan dipertanggung jawabkan segala amal yang diperbuat di akhirat nanti. 
Dari puisi di atas menggambarkan fakta yang terjadi di masyarakat yang marak pada saat ini, menyesal dengan amalan buruk yang diperbuatnya selama ini ditengah usianya yang semakin lanjut dan umurnya yang tak panjang lagi. Allah menciptakan manusia tak lain adalah untuk menyembah kepada-Nya. Disebutkan pula dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:
“ Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku”.
Namun fakta yang terjadi banyak yang terlena dengan gemerlapnya kehidupan duniawi, sampai Allah murka dan  Di saat nasi sudah menjadi bubur. Allah mengajarkan kita untuk bisa menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat, hal itu tercantum dalam Al Qur`an yang berbunyi “Dan bekerjalah, wahai keluarga Daud, sebagai (ungkapan) syukur (kepada Allah).”( QS 34;14). Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang sempurna dan terbebas dari dosa, namun kita harus tetap berusaha menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya. Namun Maha pengampunnya Allah, seburuk apapun umatnya apabila ia masih mau bertaubat nasuha maka Allah akan mengampuninya sdan menghapus dosa-dosanya di masa lampau. Namun yang bisa kita teladani Dari puisi diatas adalah mari kita senantiasa mengingat kembali akan sinyal yang dikirim Allah melalui setiap musibah yang kita alami. Jangan sampai kita terlena dengan kehidupan dunia dan lupa akan kehidupan dan siksa akhirat yang mengintai kita. Jangan sampai kita meninggal dalam keadaan su`ul khotimah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar